Kamus Awie

Rabu, 24 Desember 2008

AKAN DIBUKA

Dalam rangka mewujudkan program kerja LENSA Komunika untuk cipta generasi/pemimpin Bangsa, maka dalam waktu dekat, khususnya wilayah Makassar dan sekitarnya akan dibuka Kursus/Bimbingan Komunikasi Publik (Interpersonal/Group/Mass Comunication) dengan metode IMPHAS PILAR

LENSA Komunika dengan slogan Estetika, Logika dan Etika memandang bahwa retorika bukanlah segalanya, namun masih ada dua unsur lain yang lebih penting didalamnya.

Mau Tahu........?
Bergabung bersama kami, Kirimkan email anda

Kelas yang dibuka :
Pemula
Middle Class dan
Executive Class

Selasa, 25 November 2008

Berpikir Kritis

Apakah Anda Sudah Berpikir Kritis?
Oleh: Prof Dr Roy Sembel,


Manusia adalah makhluk yang istimewa. Tidak seperti makhluk hidup lainnya, manusia dikaruniai kemampuan untuk berpikir sebelum bertindak. Namun, kenyataannya, seringkali kita tidak memanfaatkan kemampuan berpikir ini secara optimal. Kita seringkali bertindak tanpa didahului dengan “berpikir”. Banyak alasan yang kita kemukakan sebagai dalih untuk “tidak berpikir”: tidak ada waktu, bukan urusan kita, atau bukan tanggung jawab kita.
Namun, tahukah Anda bahwa tindakan yang dilakukan tanpa disertai dengan proses berpikir bisa membahayakan diri sendiri? Coba saja kita perhatikan kasus anggota DPR yang perbuatannya dilakukan beberapa tahun lalu, kini tengah menjadi buah bibir.
Mungkin ketika itu sang anggota DPR tidak “berpikir” terlebih dulu tentang dampak perbuatannya di kemudian hari. Dia tidak memikirkan dampak perbuatannya, yang bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi terlebih lagi bagi orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, teman, sahabat, teman kantor, dan teman di organisasi tempatnya bekerja.
Kalau saja anugerah “berpikir” kita manfaatkan dengan baik, tentunya banyak masalah yang bisa kita hindari, dan banyak solusi yang bisa kita temukan. Jadi, jelaslah bahwa berpikir kritis itu untuk dilakukan. Ingin tahu lebih jauh mengenai berpkir kritis? Simak yang berikut.

Apakah Berpikir Kritis Itu?
Banyak definisi yang ditawarkan mengenai berpikir kritis, salah satunya yang dikemukakan oleh Wright Place Consulting adalah sebagai berikut.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan.
Berpikir kritis bukanlah dilakukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada. Dengan demikian bisa ditemukan alternatif atau solusi terbaiknya.

Mengapa Penting?
Berpikir kritis penting untuk dilakukan karena berbagai manfaat yang bisa kita petik dari proses ini.

Kualitas Keputusan
Kualitas berpikir kritis yang kita terapkan akan mempengaruhi kualitas hasil akhir dari tindakan kita yang didahului dengan proses berpikir kritis tersebut. Misalnya, setiap kali mendapat tanggung jawab untuk melakukan sesuatu, Imam selalu memanfaatkan kemampuannya untuk berpikir kritis dengan menerapkan keenam prinsip berpikir kritis yang telah dibahas sebelumnya.
Ketika Imam ditugaskan sebagai ketua panitia peluncuran produk baru perusahaan tempat ia bekerja, ia mencoba memahami berbagai aspek dari tugas yang diberikan kepadanya, termasuk informasi yang bisa ia dapatkan sehubungan dengan tugas tersebut: fitur dan manfaat produk, target pasar dari produk, serta kekurangan dan kelebihan produk tersebut.
Ia juga mempelajari berbagai fasilitas yang bisa ia manfaatkan untuk meluncurkan produk tersebut. Setelah itu, ia melakukan analisis terhadap segala sesuatu yang terkait dengan informasi yang ia terima tentang produk yang akan diluncurkan, antar lain alternatif media, strategi anggaran, dan jangka waktu peluncuran.
Hasil dari analisis adalah berbagai alternatif strategi yang bisa dipilih. Alternatif strategi ini lalu dievaluasi untung ruginya. Hasil dari proses evaluasi adalah keputusan menggunakan satu strategi tertentu.
Keputusan ini perlu dijelaskan kepada anggota tim yang terlibat sehingga mereka bisa mendukung kegiatan yang dilakukan. Imam juga tidak lupa mengevaluasi diri sendiri tentang kemungkinan terjadinya kebiasan pandangan dan keputusan yang sudah diambil sebelum akhirnya menerapkannya dalam tindakan.

Kreatif
Berpikir kritis membantu kita menemukan bukan hanya satu solusi tetapi berbagai alternatif solusi. Berpikir kritis juga membantu kita melihat suatu permasalahan dari berbagai sumber, sehingga berbagai alternatif solusi bisa dikembangkan lebih jauh.
Misalnya Desty yang diminta mempersiapkan rapat tahunan pemegang saham diperusahaan tempat ia bekerja. Walaupun menemui berbagai masalah, melalui proses berpikir kritis, Desty bisa memanfaatkan hasil berpikir kritis untuk kreatif menemukan berbagai alternatif solusinya.

Percaya Diri
Setelah kita melalui proses berpikir kritis, keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang sudah melalui berbagai pertimbangan dari berbagai aspek. Dengan demikian, paling tidak kita sendiri sudah yakin bahwa keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik dalam situasi dan kondisi yang kita hadapi saat itu.

Cara
Lalu, bagaimana cara kita berpikir dengan kritis? Ada enam prinsip penting dalam menerapkan cara berpikir kritis, yaitu: interpretasi, analisis, evaluasi, penjelasan, dan self-regulation.

Interpretasi dan Analisis
Prinsip pertama, interpretasi, adalah upaya memahami informasi yang kita miliki. Setelah informasi berhasil kita pahami dengan baik, kita perlu melakukan analisis terhadap segala sesuatu yang terkait dengan informasi tersebut.

Evaluasi
Selanjutnya, kita perlu melakukan evaluasi terhadap dampak dari pemanfaatan ataupun pengabaian informasi tersebut. Evaluasi juga berupaya untuk menemukan berbagai alternatif solusi dengan memanfaatkan informasi yang dimiliki.

Penjelasan
Setelah kita mendapatkan solusi yang terbaik, kita perlu menjelaskan keputusan kita tersebut kepada orang lain, sehingga mereka juga bisa memahami mengapa keputusan tersebut yang kita ambil.
Lebih jauh lagi, dengan penjelasan yang masuk akal, kita bisa meyakinkan orang lain, ataupun orang-orang yang perlu diyakinkan untuk kita ajak melihat sesuatu dari sudut pandang kita.

“Self-Regulation”
Yang terakhir adalah selfregulation. Yang dimaksud dengan self-regulation adalah mencoba jujur terhadap pandangan dan keyakinan kita, ataupun kemungkinan terjadinya kesalahan atau ketimpangan dalam keputusan yang kita ambil karena pengaruh latar belakang kita.
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda menerapkan cara berpikir kreatif? Jika belum sepenuhnya, mungkin Anda bisa mulai sekarang untuk mendapatkan solusi yang terbaik dan keputusan yang berkualitas. Sukses untuk Anda
BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitab dengan
penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti menggunakan
proses-proses mental, seperti memperhatikan, mengkategorikan, seleksi, dan
menilai/memutuskan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam
berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah / pencarian solusi, dan
pengelolaan proyek.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian
pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat
mengatasi masalah-masalah/proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.
Berpikir kritis meliputi aktivitas-aktivitas:
1. Memperhatikan detil secara menyeluruh
2. Identifikasi kecenderungan dan pola, seperti memetakan informasi,
identifikasi kesamaan dan ketidaksamaan, dll
3. Mengulangi pengamatan untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan
4. Melihat informasi yang didapat dari berbagai sudut pandang
5. Memilih solusi-solusi yang lebih disukai secara obyektif
6. Mempertimbangkan dampak dan konsekuensi jangka panjang dari solusi yang
dipilih
Bagi Pelajar, berpikir kritis dapat berarti:
1. Mencari dimana keberadaan bukti terbaik bagi subyek yang didiskusikan
2. Mengevaluasi kekuatan bukti untuk mendukung argumen-argumen yang berbeda
3. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang telah ditentukan
4. Membangun penalaran yang dapat mengarahkan pendengar ke simpulan yang
telah ditetapkan berdasarkan pada bukti-bukti yang mendukungnya
5. Memilih contoh yang terbaik untuk lebih dapat menjelaskan makna dari
argumen yang akan disampaikan
6. Dan menyediakan bukti-bukti untuk mengilustrasikan argumen tersebut.

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Di bawah ini adalah metoda dari berpikir kritis yang diambil dari Wikipedia dan beberapa sumber lain.
Langkah-langkah
Walaupun tidak ada langkah-langkah yang perlu diambil secara rigid, langkah-langkah di bawah ini berguna dalam berpikir kritis:
1. Buatlah daftar pendapat dan kumpulkan argumentasi yang mendukung setiap pendapat tersebut.
2. Pecahkan argumentasi yang anda dapatkan pada langkah pertama menjadi kalimat-kalimat pendukungnya dan carilah implikasi dari kalimat-kalimat ini.
3. Carilah kontradiksi pada kalimat-kalimat dan implikasinya yang anda dapatkan pada langkah 2.
4. Dari argumen-argumen yang anda dapatkan, susunlah berdasarkan argumen-argumen yang saling bertentangan dan beri bobot untuk argumen-argumen tersebut
o Tambahkan bobot jika sebuah klaim memiliki dukungan yang kuat, terutama jika memiliki alasan-alasan yang kuat. Kurangi bobot jika ada klaim yang memiliki kontradiksi
o Ubahlah bobot tergantung dari relevansi dari informasi terhadap isu yang dibicarakan
o Klaim yang besar membutuhkan bukti yang besar pula, jika sebuah klaim besar tidak memiliki bukti yang cukup, abaikan klaim ini dalam membentuk opini anda.
5. Tinjaulah bobot dari setiap klaim
o Opini yang memiliki bukti yang terkuat kemungkinan besar adalah benar
o Mind map adalah alat yang efektif untuk mengevaluasi informasi ini. Pada tahap-tahap akhir, bobot numerik dapat diberikan pada cabang-cabang Mind map
Tentunya berpikir kritis tidak menjamin seseorang akan mencapai kesimpulan yang tepat. Pertama, ada kemungkinan seseorang tidak memiliki seluruh informasi yang relevan. Informasi yang penting mungkin belum ditemukan atau informasi tersebut mungkin tidak akan dapat ditemukan. Kedua, pemihakan (bias) dari seseorang dapat saja menghalangi pengumpulan dan penilaian informasi secara efektif.
Mengatasi Pemihakan (Bias)
Untuk mengurangi pemihakan, beberapa cara harus dilakukan jika seseorang ingin berpikir kritis. Jangan tanyakan “Bagaimana hal ini bertentangan dengan pendapat saya?”, tapi tanyakanlah “Apa artinya ini?”
1. Jangan lakukan penilaian terlalu dini pada tahap pengumpulan informasi
2. Anda harus sadar terhadap kekurangan anda sendiri dan orang lain dengan cara:
o menerima bahwa setiap orang memiliki pemihakan di bawah sadar (pemihakan secara refleks)
o bersikap tanpa ego
o membuang pendapat semula anda jauh-jauh
o sadar bahwa setiap orang memiliki kelemahan masing-masing
3. Gunakan metoda sokratis untuk mengevaluasi sebuah argumen dengan menanyakan pertanyaan terbuka. Sebagai contoh adalah:
o Apa yang anda maksud dengan __________?
o Bagaimana anda dapat berkesimpulan begitu?
o Mengapa anda berpendapat bahwa itu adalah benar?
o Dimana anda mendapatkan informasi tersebut?
o Apa yang terjadi jika anda ternyata salah?
o Dapatkah anda memberikan dua buah sumber yang tidak setuju dengan anda dan jelaskan mengapa?
o Mengapa hal ini penting?
o Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa anda mengatakan yang sebenarnya?
o Apa penjelasan alternatif dari fenomena ini?
Berkesimpulan
Janganlah membuat asumsi secara berlebihan, dengan kata lain: jangan memperumit masalah anda. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang tidak akan selesai. Seseorang dapat mencapai sebuah kesimpulan tentatif berdasarkan evaluasi dari informasi yang ada. Tetapi, jika ada informasi baru yang ditemukan maka proses evaluasi harus dijalankan kembali.

Selasa, 11 November 2008

PERAWAT TERPERANGKAP BUDAYA PEMBANTU

Sebuah tulisan kontribusi dari seorang perawat, sekarang aktif dibidang mutu dan riset RSU Banyumas, penggagas dan pendiri Komite Keperawatan di RSU Banyumas pada th 1999

Ronin Hidayat, M.Kes


Sebuah bangunan yang indah, kokoh berlantai lebih dari satu, berventilasi nyaman, didukung dengan jumlah dokter yang lengkap, teknologi canggih dan tenaga penunjang yang trampil, tetapi tidak ada pelayanan Keperawatan maka bangunan itu tidak bisa dikatakan sebagai Rumah Sakit dan hanya sebagai Klinik Dokter Praktek Bersama. Dengan demikian pelayanan Keperawatan di rumah sakit yang diberikan oleh profesi Perawat mempunyai peran yang sangat vital dan menentukan keberhasilan visi serta penerapan manajemen mutu terpadu rumah sakit (hospitals basic service). Pelayanan Keperawatan merupakan pelayanan yang luhur dibidang jasa kesehatan pada umumnya dan rumah sakit pada khususnya. Hal tersebut ditegaskan oleh WHO Expert Commitee on Nursing, (1983) bahwa pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu social. Dipertegas lagi oleh WHO Expert Commitee on Nursing Practice (1996), bahwa keperawatan adalah ilmu dan seni sekaligus. Disebutkan juga keperawatan bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai potensi optimalnya dibidang fisik, mental dan sosial dalam ruang lingkup kehidupan dan pekerjaanya.

Kata membantu itulah yang membuat profesi Perawat yang luhur, seolah-olah profesi kesehatan lain dalam hal ini “Dokter” menganggap dirinya sebagai “Majikan” dan Perawat sebagai “Pembantu”. Hal tersebut diperjelas lagi Perawat sebagai tenaga Paramedis, arti secara harafiahnya para = pembantu dan medis = dokter. Dengan mitos itulah profesi Perawat menjadi terbelenggu pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, Perawat tugasnya tidak boleh kemana-mana, boleh tumbuh tidak boleh berkembang, terjadi penyusutan kreatifitas, harus tunduk pada aturan “Manut dan manut”, pendidkannya hanya sederjat dengan SLTP (PK C )/SLTA (SPK) dan disitulah yang dimaksud penulis, “Perawat Terperangkap Budaya Pembantu”. Sehingga mindset dan perilakunyapun membentuk state “Pembantu”, terbiasa dan linier, menjadi budaya dan lebih parah lagi menjadi karakter, sehingga mengakar sampai berpuluh-puluh tahun lamanya, walaupun pada tahun 1983 pada Lokakarya Nasional Kelompk Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan, merumuskan bahwa keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelurga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Sebagai insan manusia yang normal mempunyai otak kiri dan kanan yang sinergis, maka kita akan manggut-manggut dan hatinya berbicara ”Fantastis…Luar Biasa !”. Hal tersebut bertambah mengkristal manakala membaca definisi Ilmu Keperawatan menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan 1991 adalah mencakup ilmu-ilmu dasar (ilmu alam, ilmu sosial dan ilmu perilaku) ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas, dan ilmu keperawatan klinis yang aplikasinya menggunakan penekatan dan metode penyelesaian masalah secara alamiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara, dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia.

Definisi tersebut membuat motivasi Perawat bangkit, membara, ingin berlari, jantung berdenyut kencang, mata ”mendelik” bagai elang, rasanya lengkap sudah dalam diri Perawat. Seandainya tokoh Perawat legendaris Florence Nightingale mendengar dan menganalisa definisi tersebut, beliau akan berkata, ”Saya bangga dan hormat pada Perawat Indonesia yang mendefinisikan dirinya sebagai profesi yang utuh, yang siap mengabdikan dirinya dan berani menanggung segala resiko. Hidup Perawat.”. Semua Perawat pada era 1990 yang mengabdikan dirinya dibidang pendidikan Keperawatan akan berkata sama seperti Florence Nightingale, yang saat itu juga telah lahir beberapa S-1 Perawat (SKp). Hanya saja perkembangan tersebut tidak sinergis dengan kondisi pelayanan yang terjadi di unit-unit pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, PusKesMas, Balai Pengobatan dimana Perawat bekerja.

Komunitas Perawat di rumah sakit yang sebagian besar berbasis pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan(SPK), dan hanya sebagaian kecil yang berbasis DIII Perawatan (AKPER) mengalami kegalauan dan kebimbangan dalam dirinya antara definisi yang ada dengan bentuk realita pelayanan. Perawat yang berbasis D III Perawatan mulai mengenalkan model pelayanan keperawatan di rumah sakit hasil titipan para dosen perawatan dengan sebutan Asuhan Keperawatan (Askep) pada teman-teman Perawat yang berbasis SPK serta mengenalkan kepada manager-manager rumah sakit pembuat kebijakan. Mulailah muncul berbagai tanggapan antara pro dan kontra tentang Asuhan Keperawatan dalam pelayanan di Rumah Sakit. Perawat yang mempunyai mindset profesional akan menanggapi kedua tanggapan tersebut dengan arif dan bijaksana ”Perubahan perlu perjuangan dan kesinambungan perlu komitmen”, sehingga untuk mengubah lingkungan rumah sakit dalam hal ini profesi dokter yang memegang kebijakan pelayanan rumah sakit agar mengerti dan mengakui eksistensi Perawat sebagai mitra profesi menjadi makin sulit. Mengapa demikian karena Perawat sendiri yang telah meraih gelar profesi jarang yang mau terjun memberikan jasa pelayanan keperawatan secara langsung untuk berdampingan bersama-sama melayani pasien yang mengalami permasalahan kesehatan, sedangkan komunitas Perawat yang berbasis SPK dan D III Perawatan sangat menikmati budaya yang diwariskan oleh sesepuh Perawat sebagai Paramedis. Budaya tersebut meliputi nilai-nilai pelayanan (value) dan keyakinan (beliefe), tradisi, prosedur dan harapan-harapan, dari keempat tersebut yang sangat menonjol dan membuat Perawat bergantung pada dokter adalah harapan.

Harapan Perawat sebagai insan manusia yang normal, mayoritas untuk dipenuhinya kebutuhan dasar meliputi makan, minum, biologis dan lain sebagainya, yang semua itu bermuara pada upah kerja (keuangan). Bagi dokter ”uang tidak penting tapi pokok” yang sangat penting bagi dokter adalah kepuasan pasien, sehingga pasien menjadi tambang emas untuk menghasilkan uang dan 10 % hasilnya untuk menggaji pembantu rumah, transportasi, lobi, pemasaran serta seseorang yang membantu dan terlibat dalam pelayanan kepada pasien. dengan hal tersebut anda bisa menebak siapa yang membantu dalam pelayanan dokter ? Tidak lain adalah orang yang mau membantu dokter, berpenampilan seperti dokter tapi upahnya sesuai dengan keinginan dokter. Hal tersebut dibaca oleh sebagian besar Perawat sebagai peluang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya untuk mempertahan hidup dan menghidupi keluarga.

Sangat berbeda dijaman Perawat legendaris Florence Nightingale, mereka menjadi Perawat karena panggilan hatinya untuk membantu orang-orang yang menderita sakit dan tanpa memperhitungkan segi keuangan karena mereka dilahirkan dari kalangan yang bangsawan, yang melayani pasien sebagai aktualisasi diri sedangkan pada era kemajuan pendidikan Perawat di Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada pasien karena uang untuk memenuhi kebutuhan dasar dirinya. Dengan kondisi itulah terciptalah di lembaga pelayanan kesehatan antara dokter dan Perawat dalam, ”Budaya Atasan dan Bawahan”, kalau diteropong dengan mikroskop yang tercanggih dengan lensa yang sangat tipis oleh mata masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan maka akan terlihat ”Budaya Majikan dan Pembantu”. Terperangkaplah Perawat dalam budaya tersebut

Untuk keluar dari kondisi tersebut, dan Anda tertarik untuk merubah Perawat sebagai Majikan dalam pelayanan dan yang lainnya adalah ”membantu Anda ” maka ikuti kajian berikutnya pada tema ” Perubahan Mindset Perawat Tranformasional untuk menciptakan peluang bisnis jasa Kesehatan”

link ke http://banyumasperawat.wordpress.com/2008/04/10/perawat-terperangkap-budaya-pembantu/

Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia

Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia


Kamis, 7 November, 2002 oleh: Siswono
Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia
Gizi.net - Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

Salah satunya dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan nasional. Linda Amiyanti SKp dari RSCM memaparkan penerapan MPKP dalam seminar nasional yang diselenggarakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) pekan lalu.

"MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut," jelas Linda.

Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.

Dengan pengembangan MPKP, diharapkan nilai profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan keperawatan. Dalam hal ini, RSCM bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Modifikasi

Mengingat keterbatasan jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia- mayoritas tenaga keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Yang dilakukan adalah modifikasi keperawatan primer.

Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.

Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter. PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien. Tugas PP dibantu PA.

Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke dan dari klien dilakukan oleh pembantu keperawatan.

Asuhan keperawatan dilakukan berdasar standar rencana keperawatan yang ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan.

Yang sudah dikembangkan

Standar rencana keperawatan yang sudah dikembangkan adalah untuk gangguan sistem pernapasan (tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif kronik), gangguan sistem pencernaan (sirosis hati), gangguan sistem kardiovaskuler (gagal jantung, hipertensi), gangguan sistem perkemihan (gagal ginjal, glomerulonefritis) dan gangguan sistem imun (AIDS).

Di ruang rawat penyakit dalam (IRNA B Lantai IV), tutur Linda, dari hasil perhitungan diperlukan 24 perawat. Rinciannya tiga PP di samping kepala ruang rawat yang semuanya S1 keperawatan. Sisanya PA dengan pendidikan D3 keperawatan (tiga orang), dan SPK (17 orang).

Pelayanan keperawatan profesional mewujudkan dampak positif yang memungkinkan pemberian asuhan keperawatan klien secara berkesinambungan dan dapat dipertanggunggugatkan oleh perawat primer.

Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan PA dapat bekerja lebih terencana. Dokter merasa ada kerja sama yang lebih baik dibanding ruang lain yang tidak menerapkan MPKP. Kepuasan klien dan keluarga lebih baik. Angka infeksi nosokomial (infeksi yang ditularkan di rumah sakit) menurun. Juga dimulai kegiatan riset keperawatan di tingkat ruang rawat. (ATK)

Sumber: Kompas, 7 November 2002

Jumat, 07 November 2008

SIAPA BUPATI KEJAM DIMATA PERAWAT

H Tatang Farhanul Hakim (Bupati Tasikmalaya) pada tanggal 10/9/2004 melakukan penamparan terhadap Apip Adimansyah (Saudaraku seorang perawat), hal itu terjadi ketika Apip mendatangi kantor Bupati Tasikmalaya untuk menanyakan pelayanan Askes.
Menariknya, karena sampai sekarang tidak ada kepastian penanganan kasus yang bersangkutan.


Entah tega atau melecehkan profesi perawat, Entahlah.......

Ini realitas pemimpin Tasikmalaya (Bupati) sebagai langkah otoriter dan sok super Power. ATAU DIAKHIRI DENGAN SEKEDAR MEMOHON MAAF



Upaya Damai Gagal Dalam Kasus Penamparan Perawat


Tasikmalaya, Kompas - Pada persidangan kedua, Selasa (2/11), hakim gagal mengupayakan perdamaian di antara penggugat dan tergugat, atas kasus penamparan yang dilakukan Bupati Tasikmalaya Tatang Farhanul Hakim terhadap Apip Adimansyah (25), perawat Rumah Sakit Umum Tasikmalaya, pada 10 September lalu.

Pihak Apip tetap bersikukuh untuk melanjutkan kasus tersebut ke proses persidangan. Padahal, agenda persidangan seharusnya pemberian draf perdamaian dari pengacara kedua belah pihak. Akan tetapi, draf hanya diserahkan oleh pengacara tergugat, Tatang.

Sedangkan pihak penggugat, Apip, tidak memberikan draf damai. Meski demikian, hakim masih mengharapkan pihak penggugat bersedia menerima peluang perdamaian tersebut.

Akhirnya, persidangan yang berjalan sekitar 25 menit dari pukul 10.00 di Pengadilan Negeri Tasikmalaya itu dilanjutkan dengan mendengarkan pembacaan 16 butir gugatan oleh tim pengacara Apip, termasuk kronologi kejadian.

"Kami tidak mengubah keinginan untuk tetap melanjutkan penyelesaian kasus penamparan ini ke proses persidangan. Karena kami menilai, kejadian tersebut sudah merupakan pelecehan terhadap profesi perawat," tegas pengacara Apip, Cepy S Pamungkas SH.

Selain penolakan atas penamparan yang dilakukan Tatang itu sudah dinilai melecehkan profesi, Cepy menjelaskan, upaya perdamaian yang ditawarkan hakim tidak efektif.

Menurut dia, substansi perdamaian tersebut tidak jelas, terutama dari pihak tergugat. "Kami hanya menginginkan draf upaya damai dari Tatang hanya untuk dibaca oleh majelis hakim. Kami keberatan jika isi penawaran perdamaian Tatang di bacakan di saat persidangan ini," kata pengacara Tatang, Bambang Lesmana SH. (AYS)

Rabu, 27 Oktober 2004

Kasus Bupati Tasikmalaya Menampar Perawat Disidangkan


Tasikmalaya, Kompas - Hakim menawarkan jalan damai kepada pihak yang berperkara dalam sidang perdana kasus penamparan yang dilakukan Bupati Tasikmalaya Tatang Farhanul Hakim terhadap Apip Adimansyah (25), perawat Rumah Sakit Umum Tasikmalaya, di Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Selasa (26/10).

Sidang berlangsung sekitar 20 menit dan tidak dihadiri oleh pihak tergugat Tatang Farhanul maupun penggugat Apip Adimansyah. Sidang dipimpin Hakim Ketua Siti Suryati SH, dengan anggota Suranto SH dan Kadwanto SH.

Kuasa hukum Apip, Cepy S Pamungkas SH, menyatakan kurang puas dengan jalannya sidang. "Kami berharap proses persidangan tetap berjalan sambil upaya penyelesaian damai pun dilakukan. Namun, hakim tidak mengabulkan," katanya seusai sidang.

Dalam gugatannya, Apip meminta ganti rugi material sekitar Rp 20.000 untuk pengobatan dan kerugian imaterial senilai Rp 10 miliar.

Alasan gugatan imaterial untuk mengganti terlukanya perasaan sekitar 10.000 anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Cabang Jawa Barat atas kasus penamparan tersebut.

Sebagai jaminan, penggugat akan menyita pendopo kabupaten dan rumah dinas Bupati Tasikmalaya.

Sementara itu, kuasa hukum Tatang, Bambang Lesmana SH, menjelaskan, pihaknya menerima peluang upaya penyelesaian secara damai.

Bahkan, lanjut Bambang, Apip pernah melakukan pertemuan dengan Tatang sebanyak tiga kali. Agus Rajasa, kuasa hukum Tatang lainnya, mengatakan, Apip pernah meminta maaf kepada Tatang melalui teman Apip.

Menanggapi hal itu, Pamungkas mengatakan pihaknya belum dapat membenarkan keterangan Bambang karena belum mendapat konfirmasi langsung dari Apip.

Saat ini Apip tengah meninggalkan Tasikmalaya karena merasa tidak aman, menyusul adanya tekanan dari pihak yang tidak dikenal.

"Kami mengamankan Apip untuk sementara waktu. Sedangkan soal pekerjaannya, kami akan mengupayakan dengan pihak rumah sakit. Saat ini Apip tengah mengambil cuti," ujar Pamungkas.

Masyarakat yang bersimpati atas kasus ini memadati ruangan sidang. Tika Marliana, Ketua Forum Solidaritas Insan Keperawatan Indonesia, mengatakan, kasus penamparan yang terjadi 10 September 2004 itu merupakan pelecehan terhadap profesi perawat. (AYS)

Sabtu, 01 November 2008

PENGUMUMAN UNTUK 10 NAMA

MINAT JUDUL KTI MAHASISWA (Usulan)
1. 06.118. Trisnawati Halman : Halusinasi, Prilaku Kekerasan, Isolasi Sosial
2. 06.004. Anastry : Waham, Prilaku Kekerasan, Halusinasi.
Konsultasi BAB I 24/10
3. 06.038. Muammar Kadafi : Waham, Prilaku Kekerasan, Halusinasi
4. 06.069. Asrul Sadry : Halusinasi, Menarik diri, Waham.
5. 06.076. Fahria M. Halusinasi, Waham, Menarik Diri
6. 06.093. Muh. Rustam : Prilaku kekerasan, Waham, Halusinasi.
7. 06.049. Sri Mulya Taha : Halusinasi, Waham, Prilaku kekerasan.
8. 06.122. Yuliana : Halusinasi, Waham, Prilaku Kekerasan
9. 06. . Ashar B : Menarik Diri, Halusinasi, perilaku kekerasan
10.06.084. Ipa Hatifa Latief, Halusinasi, Prilaku Kekerasan, Waham


Yang dibold adalah judul yang disetujui, harap anda masuk ke BAB I dan melakukan konsul secepatnya, serta fotocopy panduan penyusunan karya tulis ilmiah

MATINYA DEMOKRASI

Abdul Haris Awie
UNTUK UKP PILAR KOTA dalam rencana pembuatan album

Prolog :
“Ketika dunia teknologi merambah seluruh ruang, ketika budaya hampir punah termakan zaman, ketika dunia menuju kehancuran isinya, Pendewa-dewaan semakin memuncak meruntuhkan nilai religi....... Matikah demokrasi”

Apalah arti demokrasi,
Untuk apa demokrasi,
Untuk siapa demokrasi,
Hendak kemana demokrasi dimaknai,

Apalah arti kedaulatan,
Dari siapa kedaulatan,
Siapa yang berdaulat,
Masih adakah tempat berdaulat.

Para legislator satu satu menuju meja hijau,
Para pejabat terperangkap transaksi kolusi,
Banyak pejabat hanya mau kerja jika ada isi kantongnya,
Sampai kiamat makan uang haram.

Tersipu ia dengan laguku,
Tamengnya dia “pencemaran nama baik”
Pembuat undang-undang adalah akal-akalan
Sampai lagu ini terhenti, korupsi dan kolusi tak terhenti

…………….
Matinya demokrasi,
Dimulut harapan demokrasi,
Matinya demokrasi.
Disirna waktu tamatnya demokrasi

Kamis, 30 Oktober 2008

SALAM PEMBEBASAN "OPPOKI?"



Selaku Pimpinan Relawan 99, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh anggota Relawan 99 yang tersebar diluruh sudut kota Makassar atas partisipasi aktifnya untuk bersatu dengan konsisten memenangkan Ilham Arief Sirajuddin dan Soepomo Guntur sebagai Walikota/Wakil Walikota Makassar Periode Tahun 2008 - 2014.

Jika ada salah dan khilaf selama ini saat rapat atau kampanye dan konsolidasi, maka saya atas nama Relawan 99 memohon maaf yang sebesar-besarnya, sebab hal itu diluar dari kesengajaan dan ataupun khilaf kami.

MARI KITA DUDUK BERSAMA, MENATAP JAUH KEDEPAN UNTUK MAKASSAR JAUH LEBIH BAIK
MAKASSAR UNTUK SEMUA, SEMUA UNTUK MAKASSAR.

Hormatku Relawan 99
Sekretaris Jenderal/Koseptor Orator

Ns. Abdul Haris Awie, S.Kep


Klik
http://aco-relawan99.blogspot.com/

Jumat, 24 Oktober 2008

Aku tidak tau artinya

Satu email masuk kedalam emailku berisi seperti ini:
Adalah sesuatu yang menyakitkan ketika kita ingin berteman dengannya namun ia tak pernah membalasnya, tetapi yang lebih menyakitkan adalah ketika kita ingin meminya maaf sedangkan kita tidak pernah dapat di maafkan.

Sebuah hal yang menyedihkan dalam hidup ketika kita bertemu dengan seseorang, yang sangat berarti bagi kita, hanya untuk mengetahui pada akhirnya seseorang tersebut tidak ditakdirkan untuk bersama kita, sehingga kita harus dengan berat hati membiarkannya pergi berlalu.

APA MAKSUDNYA?
Aku Tak mengerti????

Senin, 20 Oktober 2008

Tips Menghilangkan Stress

Tips Menghilangkan Stress

1. KEMBANGKAN KETERATURAN.
Bebenahlah. Singkirkanlah barang-barang yang tidak dipakai. Anda bisa memulihkan rasa tenang kepada sebuah ruangan dengan “pilih dan singkirkan” selama tiga puluh menit.

2. ALIHKANLAH FOKUS ANDA.
Mengalihkan perhatian bisa memberikan istirahat terhadap otak Anda dari pemecahan masalah serta beban. Tidak mungkin dikuasai rasa kuatir kalau ada sesuatu hal lain yang rnenarik minat Anda.


3. LUANGKANLAH WAKTU UNTUK BEROLAHRAGA.
Hilangkanlah tekanan dari tubuh Anda lewat dua puluh menit aerobik.

4. TERBUKALAH KEPADA ORANG LAIN.
Utarakanlah ketegangan Anda kepada teman yang bisa dipercaya.

5. KEMBANGKAN PILIHAN LAIN
Gantilah saluran di otak Anda. Pemecahan masalah lebih efektif kalau pikiran kita sering beristirahat dari suatu masalah ketimbang terus terobsesi dengannya.

6. AMBILLAH WAKTU UNTUK BERSAAT TEDUH
Jadwalkanlah beberapa waktu istirahat singkat sepanjang hari untuk memperlambat kerja otak dan tubuh. Dengarkanlah musik yang membuat rileks. Berdoalah dan renungkanlah Kitab Suci untuk menyejukkan jiwa.

7. TUNTASKANLAH URUSAN YANG BELUM TUNTAS.
Perbaikilah apabila mungkin. Berikanlah ampun ketimbang memendam gerutu.

8. PUTUSKANLAH UNTUK PERCAYA.
Salah satu resep terbaik untuk rasa takut adalah mengatakan, “Ya Allah, aku memilih percaya kepada-Mu”.

9. DEDIKASIKANLAH DIRI KEPADA HAL-HAL YANG DASAR.
Untuk melihat dengan jelas di tengah-tengah stress yang membutakan : Tidurlah delapan hingga sembilan jam setiap malamnya; makanlah makanan yang seimbang gizinya; olahragalah dua hingga tiga puluh menit tiga kali setiap minggunya.

10. LEPASKANLAH
Kalau kewalahan, mundurlah, berilah waktu kepada diri sendiri, dan berhentilah berusaha terlalu keras. Segalanya tidaklah harus “dituntaskan” hari ini juga.

11. BERTEKUNLAH.
Menghindar hanya akan menambah kecemasan. Evaluasilah apa yang dapat dilakukan, dan kerjakanlah itu. Janganlah terperangkap dalam pendekatan “segalanya atau tidak sama sekali”.

12. JANGANLAH MENJADI ORANG “TIPE SERBA BISA”.
Tak ada yang dirancang untuk menjadi Segalanya bagi Semua Orang. Hanya Allah seoranglah yang dapat memenuhi uraian tugas itu.

Link : http://sibayou.wordpress.com/2006/07/17/tips-menghilangkan-stress/

Rabu, 27 Agustus 2008

DRAMA DARI UKM PILAR KOTA AKPER MUHAMMADIYAH MAKASSAR TELAH DIPENTASKAN

Drama dengan judul "DERINGAN TELEPON TERAKHIR"
Buah Karya Produser/Sutradara : Ns. Abdul Haris Awie, S.Kep
Ass Produser : Muammar Qadafy
Ass Sutradara : Eka Keswara
Dengan pemain-pemain :
Anatsri, Eka Keswara, Inez, Mardiyah, dan memperkenalkan aktor pendatang baru Abdul Jalil dan Tawakkal.
Berdasarkan Polling, maka pemain terbaik untuk drama kali ini adalah Tawakkal karena mampu memaksimalkan perannya sebagai orangtua mahasiswa. Drama tersebut dipentaskan digedung mewah Hotel Horison jalan Jend Sudirman Makassar dengan jumlah penonton 800 orang.

Drama ini adalah disukseskan oleh UKM PILAR KOTA Akper Muhammadiyah Makassar yang baru dideklarasikan belum lama ini, bertepatan dengan lounching film "MERANGKAI KEBIMBANGAN DI JALAN BERARAL" Masih buah karya produser/sutradara kesayangan anda.

Langkanya lagi, karena 2 pementasan yang dilakukan tersebut dengan aktor/aktris semuanya dari mahasiswa Akper Muhammadiyah, dilakukan dengan latihan yang singkat. Film pertama hanya dengan 1 minggu, dan yang terakhir, hanya dengan latihan 2 hari, meskipun demikian, pementasan tersebut sukses, setelah melihat antusias peneonton tanggal 25 Agustus 2008

TUNGGU GEBRAKAN DAN KREATIFITAS KAMI BERIKUTNYA


Salam Seni buat adik-adik semua

Jumat, 15 Agustus 2008

NurFaadilah Izzatun Kaishar


Selamat Datang NurFaadilah Izzatun Kaishar. 15 Agustus 2008 01:35

Kamis, 07 Agustus 2008

SELAMAT ATAS PEMBUKAAN PPS AKPER MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Bertempat dilapangan Kampus Akper Muhammadiyah Makassar Jln Ratulangi Nomor 101,
Dilaksanakan kegiatan pembukaan PPS tahun 2008 untuk Mahasiswa baru sebanyak 180 orang.

Kegiatan ini berlangsung sukses, sebab pada kampus keperawatan swasta tertua di kawasan timur Indonesia tersebut (Kampus akper Muhammadiyah dibangun tahun 1984) dibuka langsung oleh direktur akper muhammadiyah Makassar (abdul halim, S.Kep) dalam sambutannya menyatakan bahwa selama 24 tahun berdirinya akper muhammadiyah makassar maka pembukaan PPS tahun ini yang paling meriah.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh para panitia dan pendamping-pendamping dalam melakukan dampingan terhadap mahasiswa baru.

Sekitar 1000 pasang mata yang menyaksikan acara pembukaan PPS tersebut memberikan tepuk tanagn meriah karena acara ini benar-benar inovatif. Dalam

Rabu, 09 Juli 2008

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILSAFAT KOMUNIKASI
(http://etika-filsafat-komunikasi.blogspot.com/)
Materi – 6 : Heri Erlangga

1. Pemikiran Richard Lanigan
Karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”.
Mengatakan; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
- Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
- Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
- Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
- Apakah aku benar ? (Am I right ?)

Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap :
- Metafisika;
- Epistemologi;
- Aksiologi; dan
- Logika

Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sbb :
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;
2) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.

Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
- Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
- Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera).

Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi.
Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :
- Kerangka pemikiran yang logis;
- Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran;
- Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.

Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional.
Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.

Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut :
1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu.
3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.

Aksiologi; asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.

Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya.

Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.

Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.













2. Pemikiran Stephen LittleJOHN
Materi – 7 : Heri Erlangga

Penelaahan terhadap teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi tiga tahap dan empat tema :

A. Tahap Metatheoritical;
Meta mempunyai beberapa pengertian :
- Berubah dalam posisi (changed in position);
- Di seberang, di luar atau melebihi (beyond);
- Di luar pengertian dan pengalaman manusia (trancending);
- Lebih tinggi (higher);

Teori menurut Wibur Schramm adalah “suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”.

B. Tahap Hipotetikal;
Adalah tahap teori di mana tampak gambaran realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan.

C. Tahap Deskriptif;
Tahap ini meliputi pernyataan-pernyataan aktual mengenai kegiatan dan penemuan-penemuan yang berkaitan dengannya.



Empat Tema dimaksud adalah :

A. Tema Epistemology (pertanyaan mengenai pengetahuan);
Adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia.

LittleJOHN mengajukan pertanyaan : Dengan proses bagaimana timbulnya pengetahuan ? terdapat empat posisi :

1. Mentalisme atau rasionalisme yang menyatakan bahwa pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia. Posisi ini menempatkan pada penalaran manusia.

2. Empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan muncul dalam persepsi. Melihat dunia apa yang sedang terjadi.

3. Konstruksivisme yang menyatakan bahwa orang menciptakan pengetahuan agar berfungsi secara pragmatis dalam kehidupannya. Percaya bahwa fenomena di dunia dapat dikonsepsikan dengan berbagai cara, dimana pengetahuan berperan penting untuk merekayasa dunia.

4. Konstruksivisme sosial mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan produk interaksi simbolik dalam kelompok sosial. Realitas dikonstruksikan secara sosial sebagai produk kehidupan kelompok dan kehidupan budaya.

B. Tema Ontology (pertanyaan mengenai eksistensi);

Ontology adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud (nature of being) atau sifat fenomena yang ingin kita ketahui, dalam sosiologi berkaitan dengan sifat interaksi sosial.

Dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis, tetapi dapat dikelompokan menjadi dua posisi yang saling berlawanan :

1. Teori Aksional (actional theory);
Bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai tujuan, mereka menentukan pilihan nyata. Berpijak pada landasan teleologis yang menyatakan bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan.

2. Teori Non-aksional (nonactional theory);
Bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh dan responsive terhadap tekanan-tekanan yang lalu. Tradisi ini dalil-dalil tertutup biasanya dipandang tepat, interpretasi aktif seseorang dilihat dengan sebelah mata.

C. Tema Perspective (pertanyaan mengenai focus);
Suatu teori terdapat pada fokusnya. Perspektif berkorelasi dengan epistemology dan ontology disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perspektif teori. Teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang.
Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang diamati.

Empat jenis yang dinilainya memadai dalam pembahasan perspektif, yaitu :

1. Perspektif Behavioristik (behavioristic perspective);
Timbul dari psikologi mazhab perilaku atau behavioral, menekankan pada rangsangan dan tanggapan (stimulus dan response) yang cenderung menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh pesan.

2. Perspektif Transmisional (transmissional perspective);
Memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari sumber kepada penerima, menggunakan gerakan model linier dari suatu lokasi ke lokasi lain. Menekankan pada media komunikasi, waktu dan unsur-unsur konsekuensial.

3. Perspektif Interaksional (interactional perspective);
Mengakui bahwa para pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Umpan balik dan efek bersama merupakan kunci konsep.



4. Perspektif Transaksional (Transactional perspective);
Menekankan kegiatan saling beri. Memandang komunikasi sesuatu di mana pesertanya terlibat secara aktif, menekankan konteks, proses dan fungsi. Komunikasi dipandang situasional dan sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsi-fungsi individual dan sosial

D. Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai).
Cabang Filsafat yang mengkaji nilai-nilai. Bagi pakar komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis :

1. Apakah Teori Bebas Nilai ?
Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas nilai. Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana tampak dalam dunia nyata.

Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara tertentu dalam melaksanakan penyelidikan.

Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa teori tidak pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para ilmuwan memilih apa yang akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh nilai-nilai baik personal maupun institusional.



2. Sejauh mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap obyek yang dipelajari ?
Titik pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan melakukan pengamatan secara hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap memelihara kemurnian pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori dan pengetahuan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.

3. Sejauh mana ilmu berupaya mencapai perubahan sosial ?
Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif.

Jadi secara keseluruhan, persoalan aksiologis ini terdapat dua posisi umum, yaitu :

1. Ilmu yang sadar nilai (value-conscious) mengakui pentingnya nilai bagi penelitian dan teori secara bersama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai kepada tujuan positif.

2. Ilmu yang bernilai netral (value-neutral) percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol efek nilai-nilai.



3. Pemikiran Whitney R. Mundt
Materi – 8 : Heri Erlangga


Berbeda dengan pemikiran yang lain, dalam karyanya ”Global Media Philosophies” menjelaskan keterpautan pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Pertanyaannya, dimana garis pemisah antara kebebasan dan pengawasan ?

Menurut MUNDT ;
- Dalam teori authoritarian pers adalah pelayan negara.
Peranannya tidak usah dipertanyakan, karena merupakan filsafat kekuasaan mutlak dari pemerintah suatu kerajaan.
Perintisnya adalah Hobbes, Hegel dan Machiavelli.
Negara-negara contohnya adalah Iran, Paraguay dan Nigeria.

- Teori libertarian, media tidak bisa tunduk kepada pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk menyatakan ideanya tanpa rasa takut diintervensi pemerintah.
Perintisnya adalah Locke, Milton dan Adam Smith.
Negara-negara contohnya adalah AS, Jepang dan Jerman Barat.

- Teori Social Responsibility, merupakan modifikasi atau perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda dengan akarnya; fungsi pers adalah sebagai media untuk mendiskusikan konflik. Perbedaan lainnya ialah pers tanggungjawab sosial diawasi oleh opini komunitas, kegiatan konsumen dan etika profesional.
Beberapa negara cenderung menganut teori ini, termasuk AS.
- Teori Soviet Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet melayani partai yang sedang berkuasa dan dimiliki oleh negara.
Orang-orang soviet mengatakan bahwa persnya bebas untuk menyatakan kebenaran, sedangkan pers dengan apa yang dinamakan sistem liberal dikontrol oleh kepentingan bisnis.

Dalam kaitannya dengan Filsafat PERS, Lowenstein tetap berpegang pada istilah authoritarian dan libertarian.
Jelasnya dibawah ini adalah tipologi Lowenstein.

Kepemilikian PERS :
1. Kepemilikan Pribadi – Dimiliki oleh perorangan atau lembaga non-pemerintah; dibiayai terutama oleh periklanan ddan langganan.

2. Kepemilikan Partai Politik – Dimiliki oleh partai politik, disubsidi oleh partai atau anggota partai.

3. Kepemilikan Pemerintah – Dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah yang dominan, disubsidi terutama oleh dana pemerintah.

Filsafat PERS :
1. Otoritarian – Dengan lisensi dan sensor pemerintah untuk menekan kritik dan dengan demikian memelihara kekuasaan kaum elite.

2. Sosial-otoritarian – Dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah untuk melengkapi pers guna mencapai tujuan ekonomi nasional dan tujuan filsafati.
3. Libertarian – Ketiadaan pengawasan pemerintah (kecuali undang-undang tentang fitnah dan cabul), untuk menjamin pemasaran gagasan secara bebas (free market place of ideas) dan pengoperasian proses tegakkan diri (selfrighting process).

4. Sosial Libertarian – Pengawasan pemerintah secara minimal untuk menyumbat saluran-saluran komunikasi dan untuk menjamin semangat operasional dari filsafat libertarian.

5. Sosial Sentralis – Kepemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat operasional dan filsafat libertarian.

4. Nilai Logika, Etika dan Estetika dalam Komunikasi
Bagan Hubungan Logika, Etika dan Estetika :

Dasar Tujuan Nilai Hasil

LOGIKA Pikiran Kebenaran Benar/Salah IPTEK

FILSAFAT ETIKA Kehendak Kecocokan Baik/Buruk Keserasian

ESTETIKA Perasaan Keindahan Indah/Jelek Kesenian


Penjelasan mengenai nilai inti yang tercakup oleh filsafat komunikasi adalah, sebagai berikut :
1) Logika;
Logika berkaitan dengan penelaahan terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deals with the study of the principles and methods of correct reasoning). Bahwa logika teramat penting dalam proses komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir logis (yang berarti mengadakan seleksi diantara fakta dan opini, untuk kemudian menyusunnya menjadi suatu kesatuan yang utuh, tidak bertentangan dengan satu sama lain).
M. Sommer dalam bukunya “Logika” mengatakan bahwa kalau seseorang hendak bicara atau menulis dengan tepat, ia harus memperhatikan hukum-hukum gramatika. Dan jika hendak berpikir tepat, harus memperhatikan hukum-hukum logika.
Logika oleh Summer didefinisikan sebagai “ilmu pengetahuan tentang karya-karya akal budi untuk melakukan pembimbingan menuju kebenaran”

Materi Komunikasi yang Efektif

Komunikasi yang Efektif

Ketika kembali dari Singapura sehabis menerima MTV Awards Asia, Piyu, salah seorang personal grup band PADI membawakan sebuah buku yang sangat bagus buat saya. Judulnya Say it like Shakespeare karya Thomas Leech seorang pakar dan konsultan komunikasi bisnis, pembicara publik yang terkenal di Amerika Serikat. Kliennya termasuk perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar dalam Fortune 500.


Pengelola rubrik:
Aribowo Prijosaksono
dan Roy Sembel

Aribowo Prijosaksono (email:aribowo_ps@hotmail.com) dan Roy Sembel (http://www.roy-sembel.com) adalah co-founder dan direktur The Indonesia Learning Institute – INLINE (http://www. inline.or.id), sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional.


Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah produk, atau seberapa kuatnya sebuah kasus hukum, kesuksesan tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan ketrampilan komunikasi yang efektif. Apakah anda sedang mempersiapkan presentasi, negosiasi bisnis, melatih tim bola basket, membangun sebuah teamwork, bahkan menghadapi ujian akhir gelar kesarjanaan, maka efektifitas komunikasi akan menentukan kesuksesan anda dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Kemampuan anda dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.
Menurut penulis buku ini tidak ada seorang pun di dunia yang memiliki kemampuan atau pengetahuan dan pemahaman mengenai komunikasi sebaik yang dimiliki oleh William Shakespeare, sastrawan Inggris yang sangat terkenal di abad pertengahan, yang hingga saat ini masih dipandang sebagai referensi utama sastra dunia. Selama berabad-abad banyak sekali komunikator ulung di dunia yang mendapatkan inspirasi dan panduan dari karya-karyanya yang abadi. Buku ini justru menggali lebih dalam karya-karya sang jenius sastra ini dan mengaplikasikan inspirasi dari karya-karya tersebut dalam dunia komunikasi baik personal maupun dalam komunikasi bisnis. Karya-karya Shakespeare ternyata mampu memberikan pelajaran-pelajaran yang bernilai tinggi untuk menjadi komunikator yang efektif dan ulung, baik dalam dunia pekerjaan kita maupun dalam kehidupan pribadi kita.
Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Kelima hal inilah yang diuraikan dengan amat menarik melalui penggalan-penggalan frase dari karya-karya Shakespeare tersebut. Seperti penggalan syair berikut yang diucapkan oleh tokoh karakter Ulysses yang diambil dari karya Shakespeare yang berjudul Troilus and Cressida yang berbunyi:
No man is the lord of anything, Though in and of him there be much consisting, Till he communicate his parts to others.
Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu ketrampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik secara personal maupun profesional. Paling tidak kita harus menguasai empat jenis ketrampilan dasar dalam berkomunikasi yaitu: menulis – membaca (bahasa tulisan) dan mendengar – berbicara (bahasa lisan). Bayangkan betapa waktu-waktu kita setiap detik setiap saat kita habiskan untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari keempat hal itu. Oleh karenanya kemampuan untuk mengerjakan ketrampilan dasar komunikasi tersebut dengan baik mutlak diperlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita.
Menurut Stephen Covey, justru komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan informal lainnya. Bahkan menurut Covey, hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar pelatihan tersebut adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap keberadaan orang lain.
Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.
Kita bisa menggunakan analogi sistem bekerjanya sebuah bank. Jika kita mendeposito-kan kepercayaan (trust) kita, ini akan tergambar dalam perasaan aman yang kita miliki ketika kita berhubungan dengan orang lain. Jika saya membuat deposito di dalam rekening bank emosi dengan Anda melalui integritas, yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan memenuhi setiap komitmen saya, berarti saya menambah cadangan kepercayaan Anda terhadap saya. Kepercayaan Anda menjadi lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika saya melakukan kesalahan, anda masih dapat memahami dan memaafkan saya, karena anda mempercayai saya. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif.
Covey mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening bank emosi dalam hubungan kita dengan sesama:

Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication- komunikasi empatik. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya ”berkomunikasi” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar.
Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji adalah penarikan yabng besar.
Menjelaskan harapan. Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
Meminta maaf dengan tulus ketika Anda membuat penarikan.
Memperlihatkan integritas pribadi. Integritas pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda.
Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa ”Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.n

Selasa, 01 Juli 2008

Puisi Nurani

BUAT YANG BARU SAJA KU SMS SIANG INI
(dia seperti orang terdekat dalam diriku, meski terkadang menjengkelkan buatku)

KAHLIL GIBRAN

" Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" "Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman"

"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..." "...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang"

"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..."

"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan"

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."


"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang"

Senin, 30 Juni 2008

PERAN PERAWAT PADA FASE PRE-OPERATIF

PERAN PERAWAT PADA FASE PRE-OPERATIF
1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon
a. melakukan pengkajian perioperatif awal
b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.
2. Unit Bedah
a. melengkapi pengkajian praoperatif
b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
d. membuat rencana asuhan.
3. Ruang Operatif
a. mengkaji tingkat kesadaran pasien
b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.
4. Perencanaan
a. menentukan rencana asuhan
b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.
5. Dukungan Psikologis
a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi
b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.

PENGKAJIAN FISIK UMUM
Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar.
1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
a. mengukur tinggi dan berat badan
b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif
Keadaan khusus :
a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik dan mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens delirium.
2. Status Pernafasan
a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
3. Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.
4. Fungsi Hepatik dan Ginjal
a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.
5. Fungsi Endokrin
a. riwayat penyakit diabetes
b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
6. Fungsi Imunologi
a. kaji adanya alergi
b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.
7. Sistem Integumen
a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
c. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
d. Perawatan mulut oleh pasien.
8. Terapi Medikasi Sebelumnya
a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif anesthesia
f. tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.
9. Pertimbangan Gerontologi
a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
m. penyakit pribadi

FAKTOR-FAKTOR RESIKO UNTUK SEGALA PROSEDUR PEMBEDAHAN
1. Faktor-faktor Sistemik
a. hipovolemia
b. dehidrasi atau ketidakseimbangan elektroli
c. defisit nutrisi
d. usia tua
e. BB ekstrim
f. Infeksi dan sepsis
g. Kondisi toksik
h. Abnormalitas imunologi
2. Penyakit Paru
a. penyakit obstruktif
b. kelainan restriktif
c. infeksi pernafasan
3. Penyakit Saluran Perkemihan dan Ginjal
a. penurunan fungsi ginjal
b. infeksi saluran perkemihan
c. obstruksi
4. Kehamilan
Hilangnya cadangan fisiologis maternal
5. Penyakit Kardiovaskuler
a. penyakit arteri koroner
b. gagal jantung
c. disritmia
d. hipertensi
e. katub jantung prostetik
f. treomboembolisme
g. diatesis hemoragik
h. penyakit serebrovaskuler
6. Disfungsi Endokrin
a. Diabetes Mellitus
b. kelainan adrenal
c. malfungsi tiroid
7. Penyakit Hepatik
a. Sirosis
b. Hepatitis

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium memberikan petunjuk yang bermanfaat untuk mengkaji status klinik pasien dan potensial risiko infeksi. Meskipuntidak dapat digunakan tanpa referansi dari data klinik yang lain, hasil pemeriksaan laboratorium dapat memberikan petunjuk penting untuk menentukan tindakan keperawatan perioperatif. Adapun pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum tindakan pembedahan adalah :
Hematokrit BJ urin
Hemoglobin AGD
Trombosit Leukosit atau sel darah putih
Albumin Gamma globulin
Elektrolit darahantibodi serum terhadap HIV HbSAg
Gula darah Golongan darah
Selain itu hasil pemeriksaan radiologis seperti rontgen foto, USG abdomen, USG ginjal, MRI, BNO-IVP, dll yang terkait dengan prosedur pembedahan atau kasus, harus pula disertakan.

KLASIFIKASI STATUS FISIK UNTUK ANESTHESIA SEBELUM PEMBEDAHAN
(ASA : American Society of Anesthesiology)
1. Baik : tidak ada penyakit organic, tidak ada gangguan sistemik
Contoh : hernia tidak terkomplikasi, fraktur
2. Cukup : gangguan sistemik ringan sampai sedang
Contoh : penyakit jantung ringan, diabetes ringan
3. Buruk : gangguan sistemik berat
Contoh : diabetes dengan kontrol yang buruk, komplikasi pulmonary, penyakit jantung sedang
4. Serius : penyakit sistemik yang mengancam jiwa
Contoh : penyakit ginjal berat, penyakit jantung berat
5. Moribund : kans bertahan hidup kecil tetapi pengiriman ke ruang operasi harus dilakukan
Contoh : ruptur aneurisme abdomen dengan syok hebat, embolus pulmonary massif
6. Kedaruratan : semua dari yang telah disebutkan di atas ketika pembedahan dilakukan dalam suatu situasi kedaruratan
Contoh : Hernia tidak terkomplikasi yang menjadi strangulata dan berkaitan dengan mual muntah.

KLASIFIKASI PROSEDUR OPERASI
KATEGORI
DEFINISI
KARAKTERISTIK INTERVENSI BEDAH
Operasi bersih
(ex : herniorrafi)
Kontaminasi endogen minimal; luka tidak terinfeksi
Non traumatic, tidak terinfeksi, tidak ada inflamasi.
Saluran nafas, cerna, dan GU tidak dimasuki, tidak melanggar teknik aseptic, penutupan utama, tidak ada drain (beberapa institusi membolehkan penggunaan penghisapan luka tertutup untuk operasi bersih)
Operasi bersih terkontaminasi
(ex : appendiktomi)
Kontaminasi bakteri dapat terjadi dari sumber endogen
Saluran nafas, cerna dan GU dimasuki tanpa percikan yang berarti (atau urin atau empedu terinfeksi, untuk traktus GU dan pohon biliaris).
Vagina dan orofaring dimasuki. Melanggar teknik aseptic. Luka dapat berair.
Operasi terkontaminasi
(ex : perbaikan trauma baru, terbuka)
Kontaminasi telah terjadi
Percikan dari traktus GI; urin atau empedu terinfeksi (pada prosedur traktus GU atau biliaris). Luka terbuka traumatic yang baru; inflamasi non purulen akut ditemui. Melanggar teknik aseptic.
Operasi kotor dan terinfeksi
(ex : drainase abses)
Dijumpai infeksi, jaringan mati, atau kontaminasi mikroba
Luka traumatic lama (lebih dari 12 jam). Luka terinfeksi, viscera mungkin mengalami perforasi.

FORMULIR KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Formulir keperawatan perioperatif apapun bentuknya sesuai dengan ketentuan masing-masing pelayanan kesehatan/rumah sakit (seperti yang sudah dicontohkan pada halaman sebelumnya), harus mengandung hal-hal sebagai berikut :
1. pengkajian dan perancanaan yang terus menerus selama periode perawatan perioperatif
2. identifikasi semua partisipan yang memberikan perawatan dan nama mereka, gelar, dan kewenangan mereka
3. pemeriksaan awal saat kedatangan di unit perawatan perioperatif (tingkat kesadaran, status emosional, dan fisik)
4. integritas kulit pasien secara menyeluruh saat masuk dan keluar dari unit perawatan perioperatif
5. ada atau tidaknya alat bantu komunikasi (alat bantu dengar, alat bantu vokal) dan protese (lensa kontak, gigi palsu, wig). Jika alat-alat ini menyertai pasien ke dalam kamar operasi, penempatannya harus dicatat
6. alat-alat pemberi posisi dan alat-alat tambahan yang digunakan selama operasi (papan lengan, pengikat pengaman, penahan ekstremitas, matras berbentuk telur)
7. area pemasangan bantalan bedah listrik, tipe unit bedah listrik, nomor seri unit, dan tempatnya
8. kategori klasifikasi luka, sehingga perawat dapat mengidentifikasi pasien beresiko tinggi terhadap infeksi, dan dapat mengambil tindakan pengamanan yang tepat
9. penempatan lead EKG atau alat-alat elektronik lainnya (Doppler, EEG)
10. area penempatan unit termia, nomor seri unit, waktu pencatatan dan suhu
11. obat-obatan yang diberikan selama operasi
12. penghitungan alat-alat bedah dan hasilnya
13. pemasangan manset torniquet, waktu pemasangan dan pelepasan, tekanan torniquet
14. pemasangan semua drain, tampon, balutan dan kateter
15. implan prostetik, pabrik, nomor, tipe, ukuran
16. pemberian anesthesia lokal
17. larutan persiapan tempat operasi, kondisi kulit sebelum dan setelah pemakaian larutan
18. pemeriksaan diagnostik selama intraoperatif
19. keluaran urine dan perkiraan darah yang hilang
20. jenis spesimen dan pengirimannya
21. waktu penyelesaian operasi, keluarnya pasien, status pasien dan alat pemindahan yang digunakan
22. instruksi post-op

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosis keperawatan pre-operatif mayor klien bedah dapat mencakup :
1. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan
2. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan harapan pasca-operatif
3. Takut

PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI
Tujuan utama asuhan keperawatan pre-operatif pada klien bedah dapat meliputi : menghilangkan ansietas pre-operatif dan peningkatan pengetahuan tentang persiapan pre-operatif dan harapan pasca-operatif.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Menurunkan ansietas pre-operatif
2. Penyuluhan klien (lihat “Persiapan Operasi jangka panjang : latihan nafas dalam, batuk dan relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, kontrol dan medikasi nyeri, dan kontrol kognitif)
3. Persiapan operasi segera
4. Berikan dorongan untuk pengungkapan. Dengarkan, pahami klien dan berikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran klien
5. Libatkan peran dari keluarga atau sahabat klien, sepanjang masih memungkinkan
6. Dorong klien untuk mengekspresikan ketakutan atau kekhawatiran tentang pembedahan yang akan dihadapinya
7. Pertahankan komunikasi terbuka dengan klien
8. Bantu klien untuk mendapatkan bantuan spiritual yang klien inginkan
9. Persiapan nutrisi dan cairan
10. Persiapan intestinal
11. Persiapan kulit pre-operatif
12. Medikasi pre-anesthesia
13. Lengkapi catatan pre-operatif
14. Transportasi ke ruang bedah (OK)
15. Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien*

* Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien :
Kebanyakan rumah sakit dan pusat-pusat pembedahan mempunyai ruang tunggu khusus dimana keluarga dapat menunggu selama klien sedang menjalani pembedahan. Ruangan ini mungkin dilengkapi dengan kursi yang nyaman, televisi, telepon dan fasilitas-fasilitas untuk refreshing ringan. Setelah pembedahan, ahli bedah dapat menemui keluarga di ruang tunggu dan mendiskusikan hasil dari operasi.
Keluarga seharusnya tidak menilai keseriusan operasi dengan lamanya waktu klien berada di ruang operasi. Klien mungkin dalam pembedahan lebih lama daripada waktu operasi yang aktual untuk beberapa alasan :
1. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengirim klien lebih dahulu dari waktu operasi yang sesungguhnya
2. Ahli anesthesi sering membuat persiapan tambahan yang dapat memerlukan waktu sekitar 30 – 60 menit
3. Kadang-kadang dokter bedah memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan dengan kasus yang ada, yang memperlambat mulainya prosedur pembedahan berikutnya
4. Setelah pembedahan, klien dibawa ke ruang unit pasca anesthesi (ruang pemulihan) untuk memastikan tidak adanya keadaan kedaruratan akibat anesthesi.

Bagi keluarga/sahabat yang menunggu klien selama pembedahan, dapat diinformasikan bahwa mungkin setelah pembedahan, pada klien dapat terpasang peralatan tertentu ketika kembali ke ruangan (mis : IV-line, kateter urine, botol penghisap, drain, selang oksigen, peralatan pemantau dan jalur transfusi darah).
Bagaimanapun, temuan pembedahan dan prognosisnya, bahkan ketika hasil pembedahannya memuaskan, hal ini merupakan tanggung jawab ahli bedah dan bukan prerogatif atau tanggung jawab perawat.

EVALUASI
Banyak institusi menggunakan catatan medis yang berorientasi pada masalah (POMR). Dokumentasi POMR memuat masalah pasien dan luas masalah yang sudah teratasi.sistem POMR mencakup catatan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya yang diberi nomor dan label dalam urutan angka.
Konsep POMR telah dikembangkan menjadi catatan SOAP atau SOAPIE (Groah, 1983) :
1. Subjektif : status kesehatan pasien, apa yang ia pikirkan dan rasakan tentang masalah kesehatannya
2. Objektif : temuan fisik dan laboratorium serta observasi pasien
3. Pengkajian : rumusan diagnosis keperawatan, masalah klien, hasil yang diharapkan dan kriteria evaluasi
4. Perencanaan : aktivitas-aktivitas yang diperlukan pasien untuk mencapai tujuan
5. Implementasi : aktivitas keperawatan yang dilaksanakan
6. Evaluasi : sejauhmana pasien mencapai tujuan yang psesifik.

Evaluasi umum pre-operatif :

1. Ansietas dikurangi :
a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe anesthesia dan induksi dengan ahli anesthesia
b. Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi pra anesthesi dan anesthesi umum
c. Mendiskusikan kekhawatiran saat-saat terakhir dengan perawat atau dokter
d. Mendiskusikan masalah-masalah finansial dengan pekerja sosial, bila diperlukan
e. Meminta kunjungan petugas rohani, bila diperlukan
f. Benar-benar rileks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan

2. Menyiapkan klien terhadap intervensi pembedahan :
a. Ikut serta dalam persiapan pre-operatif
b. Menunjukkan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan dilakukan klien setelah operasi
c. Menelaah informasi tentang perawatan pasca-operatif
d. Menerima medikasi pra-anesthesi
e. Tetap berada di tempat tidur
f. Relaks selama transformasi ke unit operasi
g. Menyebutkan rasional penggunaan pagar tempat tidur.

PERAN PERAWAT PADA FASE INTRA OPERATIF

PERAN PERAWAT PADA FASE INTRA OPERATIF
1. Pemeliharaan Keselamatan
Atur posisi pasien
1). Kesejajaran fungsional
2). Pemajanan area pembedahan
3). Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Memasang alat grounding ke pasien
Memberikan dukungan fisik
Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
2. Pematauan Fisiologis
Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien
Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal
Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.
3. Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)
Memberikan dukungan emosional pada pasien
Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi
Terus mengkaji status emosional pasien
Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan lain yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan keselamatan untuk pasien
Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol
Secara efektif mengelola sumber daya manusia.

PRINSIP-PRINSIP OPERATIF
1. Prinsip kesehatan dan baju operasi
Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi. Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit, merupakan sumber organisme patogenik yang harus dilaporkan;
Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan oleh institusi yang diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi;
Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan, menyatu dan nyaman;
Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut (kepala dan garis leher termasuk cambang) sehingga helai rambut, jepitan rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril;
Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan. Sepatu dibungkus dengan penutup sepatu sekali pakai atau kanvas;
Bahaya kesehatan dikontrol dengan pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sampel dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik. Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di ruang operasi telah ditegakkan.

2. Prinsip Asepsis Perioperatif
Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi;
Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahay seperti partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan;
Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan, dan gudang peralatan dan gas-gas anesthesia diperiksa secara periodik.

PROTOKOL
1. Pra operatif
Semua material bedah harus disterilkan
Ahli bedah, asisten bedah, dan perawat mempersiapkan diri dengan scrub tangan dan lengan dengan sabun dan air, lengan panjang dan sarung tangan steril
Penggunaan topi dan masker
Pembersihan kulit pasien dengan agens antiseptik
Tubuh pasien ditutup dengan kain steril.
2. Intra operatif
Hanya personel yang telah melakukan scrub dan memakai pakaian operasi yang boleh menyentuh benda-benda steril.
3. Pasca operatif
Luka dibersihkan dengan normal saline dan antiseptik
Luka dilindungi dengan balutan steril
Bila terjadi infeksi, kolaboratif untuk pemberian antimikroba spesifik
Teknik aseptik yang ketat harus dipatuhi selama pembedahan.
4. Kontrol lingkungan
Lantai dan permukaan horisontal dibersihkan secara teratur dengan sabun dan air atau deterjen germisida
Peralatan disteril diinspeksi secara teratur untuk memastikan pengoperasian dan performa yang optimal
Sebelum dipaket, linen, kain dan larutan yang dgunakan disteril, instrumen yang digunakan dibersihkan dan disterilkan di unit dekat ruang operasi
Material-material steril yang dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila diperlukan material individual tambahan
Sistem aliran udara laminar yang menyaring bakteri dan debu dengan presentasi tinggi.

PERATURAN DASAR ASEPSIS BEDAH
1. Umum
Permukaan atau benda steril dapat bersentuhan dengan permukaan atau benda lain yang steril dan tetap steril; kontak dengan benda tidak steril pada beberapa titik membuat area steril terkontaminasi
Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area, maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi
Apapun yang steril untuk satu pasien hanya dapat digunakan untuk pasien ini. Perlengkapan steril yang tidak digunakan harus dibuang atau disterilkan kembali jika akan digunakan kembali.
2. Personal
Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang. Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan
Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril; dari bagian depan pinggang sampai daerah bahu, lengan bawah dan sarung tangan (tangan harus berada di depan antara bahu dan garis pinggang
Suatu pelindung khusus yang menutupi gaun dipakai, yang memperluas area steril
Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril
3. Penutup/Draping
Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke belakang
Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril; penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril
Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan menggunakan penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah
Robekan atau bolongan akan memberikan akses ke permukaan yang tidak steril di bawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang demikian harus diganti.
4. Pelayanan Peralatan Steril
Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi lainnya
Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan benda atau cairan tetap terjaga
Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril
Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan jarak yang wajar dari pinggir area steril.
5. Larutan
Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk mencegah sentuhan yang tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkan cipratan (bila permukaan steril menjadi basah, maka dianggap terkontaminasi).

POSISI PASIEN DI MEJA OPERASI
Posisi pasien di meja operasi bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan, juga pada kondisi fisik pasien. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adlah :
1. Pasien harus dalam posisi senyaman mungkin, apakah ia tertidur atau sadar
2. Area operatif harus terpajan secara adekuat
3. Pasokan vaskuler tidak boleh terbendung akibat posisi yang salah atau tekanan yang tidak tepat pada bagian
4. Pernapasan pasien harus bebas dari gangguan tekanan lengan pada dada atau kontriksi pada leher dan dada yang disebabkan oleh gaun
5. Saraf harus dilindungi dari tekanan yang tidak perlu
6. Tindak kewaspadaan untuk keselamatan pasien harus diobservasi, terutama pada pasien yang kurus, lansia atau obesitas
7. Pasien membutuhkan restrain tidak keras sebelum induksi, untuk berjaga-jaga bila pasien melawan.

PROSES KEPERAWATAN DALAM FASE INTRA OPERATIF

PENGKAJIAN
1. Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi variabel yang dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengembangkan rencana perawatan pasien individual;
Identifikasi pasien
Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien
Telaah catatan pasien terhadap adanya :
- Informed yang benar dengan tanda tangan pasien
- Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
- Hasil pemeriksaan diagnostik
- Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
- Checklist pra-operatif
Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera
- Status fisiologi (mis : tingkat sehat-sakit, tingkat kesadaran)
- Status psikososial (mis : ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal, mekanisme koping)
- Status fisik (mis : tempat operasi, kondisi kulit dan efektifitas persiapan, pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak bergerak).

PERENCANAAN
1. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebut ke dalam rencana asuhan;
Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anesthesia, yang direncanakan, ahli bedah, ahli anesthesia, dan anggota tim
Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli bedah
Kebutuhan medikasi non rutin, komponen darah, instrumen, dll
Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan instrumen, peralatan jahit, dan pengadaan balutan.
2. Mengidentifikasi aspek-aspek leingkungan ruang operasi yang dapat secara negatif memperngaruhi pasien;
Fisik
- Suhu dan kelembaban ruangan
- Bahaya peralatan listrik
- Kontaminan potensial (debu, darah, dan tumpahan di lantai atau permukaan lain, rambut tidak tertutup, kesalahan pemakaian baju operasi oleh personel, perhiasan yang dikenakan personel, alas kaki yang kotor)
- Hilir mudik yang tidak perlu.
Psikososial
- Kebisingan
- Kurang mengenal sebagai individu
- Rasa diabaikan — tanpa pengantar di ruang tunggu
- percakapan yang tidak perlu.

INTERVENSI
1. Berikan asuhan keperawatan berdasarkan pada prioritas kebutuhan pasien;
Atur dan jaga agar peralatan suction berfungsi dengan baik
Atur peralatan pemantauan invasif
Bantu saat pemasangan jalur (arteri, CVP, IV)
Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien
Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anesthesia dan pembedahan, pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi
Ikuti tahapan dalam prosedur bedah
- Lakukan scrub/bersihan dengan terampil
- Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan mengantisipasi peralatan dan bahan apa yang dibutuhkan sebelum dimintaIkuti prosedur yang telah ditetapkan — sebagai contoh :
a. Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
b. Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur
c. Persiapan kulit antiseptik
d. Pemakaian gown operasi — sendiri, membantu ahli bedah menggunakan gown
e. Membuka dan menutup sarung tangan
f. Menghitung : kasa, instrumen, jarum, khusus
g. Teknik aseptik
h. Penatalaksanaan kateter urine
i. Penatalaksanaan drainage/balutan
Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anesthesia, atau perawat yang bertanggung jawab, atau bertindak yang tepat untuk mengontrol atau menangani situasi
Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya
Bantu ahli bedah dan ahli anesthesi untuk menerapkan rencana perawatan mereka.

2. Bertindak sebagai advokat pasien
Berikan privasi fisik
Jaga kerahasiaan
Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
3. Informasikan pasien mengenai pengalaman intraoperatif
Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami pasien
Gunakan ketrampilan komunikasi yang umum, mendasar untuk menurunkan ansietas pasien — sebagai contoh :
- sentuhan
- kontak mata
- tenangkan pasien bahwa anda akan hadir di ruang operasi
- penenangan verbal yang realistik
4. Koordinasikan aktivitas bagi personel lain yang terlibat dalam perawatan pasien;
X-ray, laboratorium, unit perawatan intensif, unit keperawatan bedah
Teknisi : gips, petugas laboratorium, dll
Farnakolog
Personel ruang operasi tambahan dan staf nonprofesional.
5. Operasionalkan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan di ruang operasi dan tugaskan layanan khusus (termasuk autoklaf)
6. Ikut serta dalam konferensi perawatan pasien
7. Dokumentasikan semua observasi dan tindakan yang sesuai dalam format yang dibutuhkan, termasuk catatan pasien
8. Komunikasikan baik verbal dan tertulis, dengan staf ruang pemulihan dan staf keperawatan bedah rawat jalan (yang terkait) mengenai status kesehatan pasien saat pemindahan dari ruang operasi.

EVALUASI
1. Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang operasi, sebagai contoh :
Kondisi respiratori : bernafas dengan mudah (mandiri atau dibantu)
Kondisi kulit : warna baik, tidak ada abrasi, luka bakar, memar
Fungsi selang invasif : IV, drain, kateter, NGT — tidak ada kekakuan atau obstruksi, berfungsi secara normal, dst
letak bantalan grounding : kondisi baik
balutan : adekuat untuk drainage, terpasang dengan baik, tidak terlalu ketat, dst
2. Ikut serta dalam mengidentifikasi praktik perawatan pasien yang tidak aman dan menanganinya dengan baik
3. Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan, contoh : peralatan, kebersihan
4. Melaporkan dan mendokumentasikan segala perilaku dan masalah yang merugikan
5. Menunjukkan pemahaman tentang prinsip asepsis dan praktik keperawatan teknis
6. Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan perioperatif.